Contoh Drama

Diposting oleh Naufal on Sabtu, 26 Oktober 2013

Hy Sob :D

Kali ini saya akan memberikan sebuah contoh Drama nih Sob :D
Drama Ini Berjudul "Indonesia"

Indonesia



Aktor :
~ Eman (Karyawan Swasta)
~ Polisi
~ Asisten Pak RT
~ Pak RT
~ Tahanan 1 (Pembunuh)
~ Tahanan 2 (Tukang Copet)
~ Tahanan 3 (pelaku 289)
~ Tahanan 4 (Mutilasi)
~ Tahanan 5 (Penganiyayaan)
~ Wartawan 1
~ Wartawan 2
~ Wartawan 3
~ Cameramen
~ Dewi Dyah Permata (Anak Assisten Pak RT)

Prolog: Deadline Minggu ini!! Surat kabar dimana-mana,
baik media cetak maupun media elektronik, semuanya berkoar mengenai anak bangsa yang tidak patut dicontoh, tidak patut ditiru,
semua bernada penghujatan, marah bahkan telah melahirkan sebuah dendam, dendam kesumat.

Belum genap 24 jam usai pemuda setengah baya itu diwawancarai mengenai nasionalismenya,
pernyataan kontradiksinya langsung melejit menjadi pemberitaan nasional, ia telah menjadi target pemusnahan masal bagi seluruh tumpah darah Indonesia.


(panggung kosong)

(Terdebgar sayup suara seraak seorang wanita, dari kicauannya bisa dibayangkan betapa manis parasnya,
ia sedang asik membawa berita, pelan kemudia semakin nyaring, karena berbagai stasiun TV bermunculan memberikan perihal yang sama,
dialog inter-akrif, headline news warta berita, dan berbagai macam jenis pemberitaan muncul beriringan bergantian, topiknya satu,
tentang penistaan yang dilonntarkan oleh seorang karyawan kepada bangsanya sendiri, (uh miris))

Pembawa Berita: Selamat siang saudara, berjumpa lagi dalam sekilas berita, bersama saya ....
dalam pawarta berita. Berita ini tentang peringatan hari Kemerdekaan bangsa Indonesia yg tercinta ini(mulai agak kesal).
Dihari yang sakral ini citra bangsa Indonesia yang harum ini telah tercoreng olah seorang yang bernama Eman,
yang dengan bangganya dia berseru bahwa dia tidak lagi bangga menjadi bangsa Indonesia, bangsa yang begitu harum namanya,
bangsa yang penuh perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaannya.
Selanjutnya kita saksikan wawancara khusus dengan lelaki busuk itu!!!

(Black Out)

(Sejumlah wartawan sedang asik menunggu dedepan sebuah bangunan megah, dindingnya berdiri tegak melintasi langit, didepannya bermerek PT. Gelap Gulita,
 sepertinya mereka sedang menunggu seseorang, ya mungkin saja Direktur Perusahaan itu, mungkin.....)

Eman : (tepat jam 12.00 keluar dari kantornya, maklum jam istirahat, cacing,cacing diperutnya sudah protes, waktunya perbaikan gizi)
Wartawan 1 : (langsung menerumuni Eman) Selamat siang pak Eman?? Apa benar anda tidak bangga menjadi orang Indonesia?
Wartawan 2 : Mengapa bapak tidak bangga menjadi orang Indonesia? Mengapa Pak?
Wartawan 3 : Bapak Direktur perusahaan ini ya?? Kok berani sekali mengeluarkan statement senekat itu?
Cameramen : (Mencari Posisi Cantik)

(pertanyaan bertubi-tubi terus menggelontor dari bibir para wartawan seperti kereta api yang berlari menerobos gerbong ke gerbong)


Eman : Tenang...tenang kawan-kawan media, ada apa ini?? Saya bukan direktur, saya hanya karyawan biasa, mungkin kalian salah orang?
Wartawan 2 : Apa benar, saudara tidak bangga menjadi oranag Indonesia??
Wartawan 3 : Lah anda cuma karyawan biasa toh, kok berani-beraninya megeluarkan pernyataan idiot seperti itu?
Seluruh Wartawan: (kembali Eman diumpan pertanyaan-pertanyaan serupa, tak memperdulikan siapa Eman, apakah direktur atau bukan)
Eman : Baik... baikk akan saya jawab dan tergaskan kembali, ya saya memang tidak bangga menjadi orang Indonesia.
Wartawan 1 : Benar bapak tidak bangga??
Eman : Ya, saya tidak bangga....
Wartawan 1 : Apakah bapak yakin dengan pernyataan bapak?
Eman : Iya, kenapa tidak?? saya sadar betul dengan apa yang saya ucapkan, saya tidak bangga jadi orang Indonesia.
Wartawan 3 : Benar bapak ridak bangga pak?? (Kembali seluruh wartawan menyerbu jawaban Eman)
Eman : Tidak......tidak....tidaakkkkkk!!! sekali lagi saya katakan Nooo... yang artiya tidk, titik!!!

(kali ini Eman menjawabnya dengan lugas dan tegas, membuat semua wartawan terdiam, tampaknya mereka sudah puas degan jawaban Eman)

Eman : (sambil berlalu meninggalkan wartawan)
Seluruh wartawan: (mengejar Eman, tapi Eman keburu hilang ditelan Bumi)

(Black Out)

Eman : (merenggangkan dasi, melepaskan sepatu... baru saja tiba dirumah hendak meluruskan urat-urat tubuhnya yang tersesat dari kantor,
tiba-tiba terdengan gedor pintu yang tidak biasanya).
Arang itam dibakar dulu
Ahh orang ganteng mau tidur dulu.
Assisten Pak RT : (menggedor pintu)
Eman : (tidak peduli, lelap sudah hampir memakannya)
Assisten Pak RT : (menggedor pintu)
Eman : Ehh sapa tuhh...
Pak RT : dik Emannnnnn.... Eman.... buka pintunya.....
Assisten Pa RT : Emann.. saya tahu kalau anda sudah pulang, kami sudah melihat anda tadi....
Eman : (diam)
Assisten Pak RT : Kalau pada hitungan ketiga, pintu ini tidak dibuka, akan kami dobrak rame-rame!!?
Eman : (diam)
Assisten Pak RT : Satu.... duaa.... tiggggg??!
Eman : iya....iya... baik tunggu sebentar...(ia mulai cemas, karena suara diluar semakin ramai saja)
Pak RT : Selamat siang dik Eman...
Eman : Iya selamat siang pak, ada apa ini pak? kok rame-rame datang ke tempat saya??
Assisten Pak RT : Silahkan duduk... mari pak... (menuntun pak RT menuju kursi)
Eman : (tiba-tiba langsung menyadari kesalahannya waktu lalu). Ampun Pak RT... ampun
assisten Pak RT, jangan hukum saya, apalagi membiarkan masyarakat di diluar sana main hakim sendiri,
saya akui pak RT, memang saya yang tekah mengintip anak assisten pak RT, tapi itu karena tidak sengaja pak RT, saya khilaf, waktu arisan
dirumah bapak, kan udaranya panas sekali, mana AC mati waktu itu, saya langsung berinisiatif membuka jendela untuk memberi ruang udara masuk
, nahwaktu membuka jendela itu saya tidak sengaja melihat anak bapak...
ya memang sih mata saya sempat 10 menit tidak mau beranjak, habis anak bapak
cantik sekali... Baru kali ini pak saya melihat hal seperti itu, akkhhh... tapi tenang pak, saya siap menerima hukuman yang setimpal kalo itu memang
hukum yang harus ditegakkan....
Assiten Pak RT : Waduh..... ternyata kamu Eman, kurang ajar....!!!
Pak RT : Tenang...tenang pak... ingat kita kesini bukan membahas masalah dik Eman mengintip Dewi.
Eman : Maafkan saya pak RT... lho kalau bukan permasalahan itu, memangnya ada masalah apa lagi pak??
Pak RT : Dengan segala hormat, tanpa mengurangui rasa terimakasih kami terhadap anda yang sudah menjadi warga yang baik di lingkungan pemukiman kita ini, dan
demi kemanan lingkungan disini, serta sekaligus demi keamanan dik Eman sendiri, kami minta dengan segala kerendahan hati kami, seupaya dik Eman
segera meninggalkan rumah ini dalam 1X24 jam...
Eman : lho kok bisa begitu pak?, kok saya diusir dari rumah saya sendiri pak, sebenarnya salah saya apa pak??
Pak RT : (Kemudian pak RT menunjukan suat kabar yang memuat Eman dan pernyataan Eman bahwa Eman tidak lagi bangga menjadi orang Indonesia).
Warga asli disini berkeberatan dik Eman tinggal disini.
Kami tidak mengizinkan orang yang memprovokasi kebencian kepada bangsa, tinggal di sini!!! itu subversive! Sekali lagi kami hanya
bisa berikan waktu 24 jam supaya anda berkemas-kemas!
Eman : Ya Tuhan, berkemas-kemas mengapa pak RT? Ini kan rumah saya, masa saya diusir dari rumah sendiri.
ini bukan zaman colonial lagi, Indonesia sudah Merdeka.
Assisten Pak RT : Kurang ajar!! Masih kamu menyebut Indonesia merdeka!!
Masyarakat : (Terdengar semakin ribut, dan mulai melempar rumah Eman dengan batu)
Pak RT : Kalau kamu tidak mau minggat sekarang, rumah ini akan kami bakar!! Kami seluruh warga tidak mau menanggung disa karena kesalahan satu orang!!
Minggat sekarang!!
Eman : (demi keselamatan, Eman langsung cabur menggapaun apa saja yang sempat ia gapai, kemudia lari tunggang langgang melawati jalan belakang)

(Black Out)

(rencananya Eman akan berlindung ke rumah temannya, tapi ditengah jalan, ketika memeriksa kantongnya,
 ternyata dompetnya tertinggal dirumah, identitas dan uang tak terbawa, tapi balik pun Eman tak berani,
 akhirnya Eman pergi kekantor polisi untuk membuat pengaduan)
Eman : Pak, maaf saya mengalami musibah, saya diusir dari rumah saya sendiri oleh orang-orang yang tidak setuju dengan apa yang saya katakan.
Polisi : (hanya diam, sambil terus memandang curiga)
Eman : lho bapak ga percaya ini pak benjolnya (sambil menunjukkan bejol dikepalanya)
untung hanya benjol pak, coba kalau saya tidak pake helm, saya sudah gagar otak.
Masa saya diusir begitu saja, padahal itu rumah saya sendiri.
Sejak kapan orang tidak boleh tinggal dirumahnya sendiri.
Memang saya bukan orang asli disini,
tapi saya warga disini pak, saya punya NPWP pak, tapi KTP saya ketinggalan,
tidak sempat dibawa. Sekarang saya minta tolong, supaya saya, bagaimanalah caranya agar bisa mengambil KTP saya.
Itu saja, sesudah itu saya bersedia pergi sampai marah mereka mereda.
Polisi : Hmmm..... Nama saudara siapa?? Kenapa saudara sampai diusir dari rumah saudara sendiri??
Eman : ya. itu juga yang dari tadi saya tanyakan, pak?
Polisi : Saudara yang kemarin ada dikoran dan mengataan bahwa saudara tidak bangga lagi menjadi orang Indonesia?
Eman : (Dengan tegas) Betul Pak!!
Polisi : (Menggebrak meja) O... lahdalahhh kurang ajar, kamu!! Masih untung kamu masih hidup,
          mestiya kamu sudah rending karena menghina 220 juta penduduk Indonesia termasuk aku, abdi Negara ini!!

Eman : Menghina bagaimana pak? Sumpah saya memang tidak bangga jadi orang Indonesia!
Polisi : (Menendang meja) Sialan! Kurang ajar kamu! Kamu menanntang ya??
Eman : Ampun pak, sama sekali tidak pak, kok saya dibilang menantang. Saya paling takut pada senjata, saya hanya mencoba jujur pak.
Polisi : (Mengokang senjata) Mencoba jujur apa kau? Mencoba jujur untuk mati?
Eman : (Melihat senjata itu, Eman tak berani berbicaara lagi, apa lagi lop senjata itu tepat mengarah kejidatnya,
Eman hanya bisa menelan ludahnya dalan-dalam..."oh alangkah dekatnya kematian", ungkapnya dalam hati,
Eman begitu ketakutan dan terkencing daalam celana).
Polisi : Kurang ajar kamu! Kamu tahu? kakekku mati di asa revolusi, membela bangsa dan Negara. Bapakku hilang diperbatasan membela kehormatan Negara.
Aku menyerahkan jiwa ragaku untuk menjaga kewibawaan bangsa dan Negara sebagai aparat Negara yang bertanggung jawab untuk melindungi daulat.
Dan sekarang kau seenak perutmu saja menghina negerimu sendiri?? Sialan kamu!!
Buka lagi mulutmu sedikit saja supaya aku punya alasan mengirimmu keneraka, cepat...!!!
Eman : (Hanya diam saja, tampaknya EMan belum siap ke neraka dan memang tak akan pernah siap)
Polisi : Ikut saya ke penjara sekarang!!!

(Pikir Eman, justru lebih aman dalam sel daripada dibiarkan bebas tapi bonyok dikeroyok masa yang kalap.
Lebih baik dikurun daripada menjadi bulan-bulanan petugas yang sudah gerah kehilangan akal waras.
Tapi ternyata, Eman keliru didalam sel yang berisi kerumunan orang yang caacaar mental, ternyata 100 kali liat lebih tidak aman)

Pembunuh : Hey bunting, kamu yang ada di TV itukan?
Tahanan 3 : Kamu yang mengaku tidak bangga jadi orang Indonesia, sudah kuat panggulmu merasakan keperkasaanku ha...?!
Tukang Copet : Ah sudahlah langsung saja kita habisi dia disini, meskipun kami cacat moral, orang criminal,
 tapi kami bangga jadi orang Indonesia, dasar penghianat..!!
Eman : (Sambil berlutut, menyembah minta ampun) ampun bang, ampun saya tidak salah..!!
Tahanan 4    : Sudah kita habisi saja dia dengan cara mutilasi!!
Eman : Jangan bang, saya mohon ampun banggg...
Penganiayaan : Cepat kita aniayaya dia!!
Pembunuh : Tunggu dulu, aku ngin dengar lansung dari mulutnya, benar kau tidak bangga jadi orang Indonesia?
Eman : (Menelan ludah, pasrag) ya memeang saya tidak bangga menjadi orang Indonesia.
Pembunuh : Sudah bosan hidup?!!! Kau menentang maut rupanya!!!

Seluruh tahanan menghajar Eman habis-habisan, beruntung pak RT dan assistennya datang, menebus Eman yag sudah hampir sekarat.

Assisten Pak RT : Kamu harus berterima kasih kepada pak RT, untung lobi-lobian dan sedikir timpalan uang tebusan cepat diantar,
kalau terlambat sedikit saja tadi, bisa-bisa kamu sudah jadi tempoyak.
Eman : (kelelaha, cemas) Kenaa saya ditolong lagi, bukankah saya sudah diusir jadi warga disini?
Assisten Pak RT : Sudahlah, yang penting kamu hatus bersyukur bisa menghirup nafas lagi, kamu pokoknya harus berterimakasih kepada pak RT.
Eman : .......?!
Pak RT : Dik Eman, silahkan duduk sebentar, masalah yang tadi jaganlah diambil hati, kami sudah memaafkan.
Dewi Dyah P : (masuk mengantarkan minum) Silahkan minum bang Eman.
Eman : (Eman langsung membuka mata lebar-lebar, menikmati kecantikan anak Assisten pak RT yang langsung berlalu)
Assisten Pak RT : Itu si Dewi anak saya, sabar dik Eman, nantiDewi bisa menjadi milik dik Eman, asalkan...
Eman : Asalkan apa pak?

Pak RT dan Assiten

Pak RT : Hahahahaa.......
PAk RT : Panggil wartawan....

Seluruh wartawan yang sudah menunggu lama, langsung masuk menyerbu,
mengeluarkan mikropon camcorder, camera, tutel, recorder, situai yang santai sekarang berubah jadi ricuh...............
Pak RT : Saudara-saudara para wartawan, inilah warga kita ang sudah memberikan pernyataan yang
mengejutkan di media masa beberapa waktu lalu dengan menyatakan di media massa beberapa waktu lalu
dengan menyatakan bahwa dia sama sekali tidak punya kebanggaan lagi kepada bangsa Indonesia.
Sebagai putera daerah, saya merasa sangat terpukul oleh suaranya itu. Kita yang sedangberada di simpang Sembilan bencana karena adanya,
KKN, disentegrasi, narkoba, wabah, demam berdarah, gempa, tsunami, bom, terorisme, gunung berapi, lumpur panas, korupsi, banjir,
tanah longsor, topan badai, kebakaran hutan, bentrokan suku dan agama, jadi bertambah pedih oleh pernyataan itu.
Saya langsung sadar bahwa pernyataan itu dapat menjadi pemicu kekacauan. DAn betul saja, belum tamat satu hari, rakat sudah lelah,
terbakar dan mengamuk. Mereka melempari rumah saudara ini dengan batu yang memecahkan genting dan kaca serta merobohkan tembok pagar rumah.
Saudara ini sudah diangap melancarkan penghinaan.
Untunglah saya cepat bertindak sehingga massa tidak sempat bertindak lebih lanjut.
Kalau terlambat sedetik saja, mungkin sudah terjadi peristiwa berdarah. Tak hanya itu, aparat petugas hukumpun sudah langsung bertindak.
Sebagai petugas keamanan, mereka memang harus mengamankan kita, sehigga saudara ini
kemudian dijebloskan kedalam sel Tetapi berita itu juga sudah sampai ke dalam sel.
Para pelanggar hukum ternyata walau cacat kepribadiannya, rupanya rasa kesadaran kebangsaannya tetap tinggi.
Begitu saudara ini masuk, mereka langsung hendak mengeksekusi dengan caranya sendiri, hartanya dirampas dan kontan mau..ah lupaka.
Saya terpaksa bertindak lagi, saya tebus saudara ini dan berikan jaminan sedemikian rupa sehingga saudara ini bisa dikeluarkan dari sel
sebelum sempat diobrak-abrik. Sekarang dia berdiri di depan saudara-saudara pers tidak kurang sesuatu apapun. Saya sudah
berbicara dari hati ke hati dan mengatakan bahwa ulahnya itu sangat berbahaya bagi rakyat jelata.
Pernyataan itu dapat membuat wilayah kita terpuruk, karenanya sebelum orag luar bertindak, kita sendiri harus membenahi.
Syukur Allhamdulilah , suara saya masih mengetuk kesadarannya. Hari ini saudara ii akan menyampaikan maaf
kepada seluruh bangsa karena sudah memberikan pernyataan yang keliru. Memang maaf tidak bisa membatalkan apa yang sudah terjadi.
Saya terpaksa membatalkan rapat penting dengan tim sukses saya dalam menuju kejabatan yang lebih jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi,
demi untuk mengklarifikasi saudara ini.

Pak RTyang ternyata ikut mecalonkan gurbernur itu meraih tangan Eman, mengguncangnya,
lalu menepuk-nepuk bahu Eman, kemudian mengedipkan matanya... semua bertepuk tangan....

Wartawan 1 : Apa betul saudaraa sudah mengeluarkan pernyataan bahwa saudara tidak bangga lagi pada Indonesia?
Eman : Betul.
Wartawan 2 : Mengapa saudaa menyatakan begitu? Ada sponsorkah?
Eman : Tidak, karena aku ditanya ya aku jawab jawab apa adanya.
Wartawan 2 : Saudara sadar apa arti pernyataan saudara tersebut?
Eman : Oh, ya tentu saja, kenapa tidak? Sadar sekali.
Wartawan 3 : Dan sekarang saudara menyesal?
Eman : Menyesal?
Wartawan 3 : Ya anda bertobat, anda bertobat?
Eman : Bertobat?, kenapa harus b 2ertobat?
Wartawan 1 : Lho, kalau begitu mengapa saudara mau minta maaf?
Eman : Siapa yang mau minta maaf?
Wartawan 1 : Saudarakan?
Eman : Aku?, kenapa harus minta maaf?
Wartawan 2 : Karena saudara sudah mengina!!
Eman : Menghina?
Wartawan 2 : Ya.
Eman : Mengina siapa?
Wartawan 2 : Mengina bangsa Indonesia!!!
Eman : Bangsa Indonesia yang mana??
Wartawan 3 : Bangsa saudara sendiri!!!
Eman : (Wajahnya terperangah, darahnya muncrat, jantungnya mendadak berhenti). O...., itu?
Bangsa Indonesia yang memakan triliunan uang rakyat itu? Yang menjual hutan, laut,
gunung, sumber daya alam, yang melalap habis lahan, pulau, yang menajizi kehormatan bangsa itu?
Aku sangat tersanjung kalau mereka masih bisa merasa terhina. Berarti masih ada harapan.
Selama mereka masih punya kepekaan rasa sebagai manusia, aku berharap nasib kita akan membaik.
Tapi, pada Indonesia yang penuh dengan korupsi, manipulasi, kemiskinan, ketidakadilan, kekerasan, kekejaman,
pada Indonesia yang penuh segala kecurangan, ketimpang maaf saudara-saudara wartawan, dibayarpun aku tidak akan
 pernah bangga. Aku benci, gengsi, tidak sudi, huh..
Dewi Dyah P : (masuk mengantarkan air minum dan menghapus peluh keringat Eman) bang, abang           sekarang adalah ujung tombak tim sukses bapak.
 Jangan disia-siakan kepercayaan dan kehormatan yang tidak diberikan sembarang orang ini,     demi masa depan kita bang.
(Menepuk bahu eman, dan mengantongkan kunci mobil, kemudian berlalu).
Eman : (Frustasi, semangatnya ngeper, idealisnya tergadaikan) Ya, sayang, aku sadar sekarang, sesadar-sadarnya, aku sudah melakukan kekeliruan
dan dosa yang amat besar, menghujat, menghina bangsa dan negaraku sendiri. Saya menyesal, saya benar-benar telah keliru,
sekarang saya insyaf dan bersumpah akan tetap bangga kepada Indonesia apapun yang sudah dan akan terjadi.

(Black Out)

Pembawa berita : Begitulah akhir cerita dari kisah Eman,
dia menyesal telah mengucapkan hal yang tidak pantas tersebut dan dia telah meminta maaf
atas segala kesalahan yang telah dia lakukan. Demikian sekilas berita yang telah kami sampaikan, saya .... melaporkan.

(Black Out)

Hy Sob :D, semoga contoh Drama di atas dapat membantu anda ^_^

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar